Senin, 06 Desember 2010

Penyakit Adikku

Waktu itu umurku baru 12 tahun. Aku mempunyai adik kecil yang umurnya baru 9 bulan. Ketika itu adikku sedang sakit panas, orang tuaku langsung mengobatinya dengan cara memberi obat yang diberikan dokter pada adikku ini. Setelah sehari, panas adikku turun. Sore harinya, aku berangkat les diantar kakak.  Ketika pulang les, panas adikku naik lagi menjadi 39 derajat. Orang tuaku langsung membawanya ke rumah sakit yang terdekat. Setelah diperiksa, adikku terkena penyakit demam berdarah.
Kemudian dokter dirumah sakit itu memberi adikku obat bius.  Dan tak lama kemudian, adikku sudah tidak sadarkan diri. Aku menangis melihat tubuh adikku yang lemas tak berdaya. Kemudian perawat berkata,"Maaf pak, peralatan disini tidak lengkap. Sebaiknya anak bapak dirujuk ke Rumah Sakit dr.Soetomo saja. Untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif". Papa pun langsung mengiyakan karena kasian melihat adikku.
Ambulan pun disiapkan, aku dan mama naik ambulan dan berdoa terus supaya adikku ini tidak meninggal di perjalan menuju rumah sakit tersebut. Setelah sampai, papa langsung menggendong adikku menuju kamar yang sudah disiapkan. Setelah diperiksa cukup lama, adikku dibawa ke IGD. Dokter yang memeriksa adikku keluar dan berkata,"Maaf pak, untuk sekarang ini kita hanya bisa berdoa demi keselamatan anak bapak. Ada kemungkinan anak ini sembuh tapi akan mengalami kebutaandan tidak dpat berjalan. Karena ada saraf dalam otaknya yang terputus". Dokterpun langsung memberi alat bantu pernafasan pada adikku yang sedang koma.
Kemudian mama masuk ke dalam IGD untuk memberi semangat adikku, namun hasilnya nihil. Ketika aku masuk IGD. Aku membisikkan adikku, dan adikku merespon apa yang aku katakan. Aku memegang jarinya dan adikku menggerakkan jarinya. A
Setelah 3 hari dirumah sakit, aku melihat kira-kira sudah 8 kali aku melihat orang yang masuk IGD dalam keadaan tidak sadar dan keluar dalam keadaan tidak bernyawa. Aku juga melihat ada anak sepantaran adikku yang keluar dalam keadaan tidak sadar.
Sekitar jam sepuluhan adikku dipindahkan ke ICU. Itu berarti adikku sudah agak  baikan walaupun masih dalam keadaan koma. Ketika aku sedang melamu. ditangga, papa menepuk pundakku dan berkata,"dek, dhenata sudah tidak ada". Aku langsung berlari menuju ICU. Dan ternyata benar, adikku sudah tidak bernyawa.
Papa dan mama menyesali kepergian adikku yang begitu cepat meninggalkan kami semua. Akupun juga menangis dan memeluk adikku erat-erat dan mencium pipinya. Para perawat langsung meletakkan dhenata di tempat tidurnya lalu menutupnya dan langsung membawanya ke kamar mayat. Dikamar mayat aku melihat ada anak kira-kira sepuluh tahunan juga meninggal karena terkena demam berdarah.
Ketika aku dan keluarga ingin pulang, papa terus menggendong adikku sampai tiba dirumah. Dirumah, adikku langsung dimandikan, disholatkan dan langsung dikubur di pemakan yang dekat dengan rumah. Teman-teman papa, mama, kakak, dan aku datang kerumah untuk memberi rasa simpati kepada keluargaku.
Aku dan mama dirumah, sedangkan papa dan kakak pergi ke pemakaman. Di pemakaman, teman kakakku yang bisa melihat hal ghaib berkata,"fram, adikmu ada disebelahmu sedang tertawa dengan riangnya". Papa dan kakak kebingungan mendengar pernyataan teman kakakku.
Aku dirumah menangis didalam kamar karena sudah tidak ada teman yang menemaniku bila kesepian, tidak ada lagi adik yang selalu menjadi alarmku, sudah tidak ada lagi yang menemaniku olahraga di pagi hari.
Papa dan mama mencoba mengikhlaskan kepergian adikku. Bila aku terus menangis, itu akan mempersulit jalan adikku menuju surga.
Mungkin ini adalah takdir yang sudah digariskan ALLAH SWT kepada keluargaku. Adikku ini milik ALLAH, bila suatu saat nanti tiba-tiba ALLAH mengambil adikku ini untuk kembali padanya. Aku dan keluargaku tidak boleh marah pada ALLAH, karena adikku ini hanyalah titipan ALLAH, dan akan kembali kepada ALLAH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar