Senin, 23 Mei 2011

Surat Untuk Firman Utina

Surabaya - Seorang sastrawan mengirim surat terbuka kepada kapten tim nasional Indonesia, yakni Firman Utina. Surat yang diunggah melalui blog pribadinya itu berjudul "Surat untuk Firman". Kawan, kita sebaya. Hanya bulan yang membedakan usia. Kita tumbuh di tengah sebuah generasi dimana tawa bersama itu sangat langka. Kaki kita menapaki jalan panjang dengan langkah payah menyeret sejuta beban yang seringkali bukan urusan kita. Kita disibukkan dengan beragam masalah yang sialnya juga bukan urusan kita. Kita adalah anak-anak muda yang dipaksa tua oleh televisi yang tiada henti mengabarkan kebencian. Sementara adik-adik kita tidak tumbuh sebagaimana mestinya, narkoba politik uang membunuh nurani mereka. Orang tua, pendahulu kita dan mereka yang memegang tampuk kekuasaan adalah generasi gagal. Suatu generasi yang hidup dalam bayang-bayang rencana yang mereka khianati sendiri. Kawan, akankah kita berhenti lantas mengorbankan diri kita untuk menjadi seperti mereka?  Di negeri permai ini, cinta hanyalah kata-kata sementara benci menjadi kenyataan. Kita tidak pernah mencintai apapun yang kita lakukan, kita hanya ingin mendapatkan hasilnya dengan cepat. Kita tidak mensyukuri berkah yang kita dapatkan, kita hanya ingin menghabiskannya. Kita enggan berbagi kebahagiaan, sebab kemalangan orang lain adalah sumber utama kebahagiaan kita. Kawan, inilah kenyataan memilukan yang kita hadapi, karena kita hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka. Bayangkan adik-adik kita, lupakan mereka yang tua, bagaimana mereka bisa tumbuh dalam keadaan demikian. Kawan, cinta adalah persoalan kegemaran. Cinta juga masalah prinsip. Bila kau mencintai sesuatu maka kau tidak akan peduli dengan yang lainnya. Tidak kepada poster dan umbul-umbul, tidak kepada para kriminal yang suka mencuci muka apalagi kepada kuli kamera yang menimbulkan kolera. Cinta adalah kesungguhan yang tidak dibatasi oleh menang dan kalah.  Hari-hari belakangan ini keadaan tampak semakin tidak menentu. Keramaian puluhan ribu orang antre tidak mendapatkan tiket. Jutaan orang lantang bersuara demi sepakbola. Segelintir elit menyiapkan rencana jahat untuk menghancurkan kegembiraan rakyat. Kakimu, kawan, telah memberi makna solidaritas. Gocekanmu kawan, telah mengundang tarian massal tanpa saweran. Terobosanmu, kawan, menghidupkan harapan kepada adik-adik kita bahwa masa depan itu masih ada. Tendanganmu kawan, membuat orang-orang percaya bahwa kata “bisa” belum punah dari kehidupan kita. Tetapi inilah buruknya hidup di tengah bangsa yang frustasi, semua beban diletakkan ke pundakmu. Seragammu hendak digunakan untuk mencuci dosa politik. Kegembiraanmu hendak dipunahkan oleh iming-iming bonus dan hadiah. Di Bukit Jalil kemarin, ada yang mengatakan kau terkapar, tetapi aku percaya kau tengah belajar. Di Senayan esok, mereka bilang kau akan membalas, tetapi aku berharap kau cukup bermain dengan gembira.  Firman Utina, kapten tim nasional sepak bola Indonesia, bermain bola lah dan tidak usah memikirkan apa-apa lagi. Sepak bola tidak ada urusannya dengan garuda di dadamu, sebab simbol hanya akan menggerus kegembiraan. Sepak bola tidak urusannya dengan harga diri bangsa, sebab harga diri tumbuh dari sikap dan bukan harapan. Di lapangan kau tidak mewakili siapa-siapa, kau memperjuangkan kegembiraanmu sendiri. Di pinggir lapangan, kau tidak perlu menoleh siapa-siapa, kecuali Tuan Riedl yang percaya sepak bola bukan dagangan para pecundang. Berlarilah Firman, Okto, Ridwan dan Arif, seolah-olah kalian adalah kanak-kanak yang tidak mengerti urusan orang dewasa. Berjibakulah Maman, Hamzah, Zulkifli dan Nasuha seolah-olah kalian mempertahankan kegembiraan yang hendak direnggut lawan. Tenanglah Markus, gawang bukan semata-mata persoalan kebobolan tetapi masalah kegembiraan membuyarkan impian lawan. Gonzales dan Irvan, bersikaplah layaknya orang asing yang memberikan contoh kepada bangsa yang miskin teladan.    Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada seorang penggocek bola. Sejujurnya, kami tidak mengharapkan Piala darimu. Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana tawa seorang tukang becak sama bahagianya dengan tawa seorang pemimpin Negara. Tidak, kami tidak butuh piala, bermainlah dengan gembira sebagaimana biasanya. Biarkan bola mengalir, menarilah kawan, urusan gol seringkali masalah keberuntungan. Esok di Senayan, kabarkan kepada seluruh bangsa bahwa kebahagiaan bukan urusan menang dan kalah. Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. Berjuanglah layaknya seorang laki-laki, kawan. Adik-adik kita akan menjadikan kalian teladan! [beritajatim.com]  

Selasa, 21 Desember 2010

yel-yel 9-D *changcuters-suka-suka

arek songo dhe
hilangkanlah semua duka lara
lebih baik olah raga 
mengitari sixteen suka-suka
ayo pak anton
mari ikut kami lari pagi
lebih baik lari pagi
dengan kita semua suka-suka
lalalalalaaaaaa.....
suka-sukaaa...
lalalalalaaaaaa.....
suka-sukaaa...

SONGO DHEEEE .. GENTAK GENTUK JOSS :D

biodata :D

Nama : Tsurayya Puteri Herdani
Kelas : 7D/8B/9D
Sekolah : SMP Negeri 16 Surabaya 2008-2011
Hobi : Pencilakan , Jingkrak-jingkrak dsb
Cita-cita : Liat ae ntaarr

Add caption

mantan sahabatku TUKANG FITNAH :D

he ! kamu itu LAKI-LAKI atau  BANCI sih ? kamu di depanku SOK BAIK pakai senyam senyum lagi seperti orang GOBLOOK --" . tapi di delakangku seperti IBLIISS kamu itu , tau gakk :D . kamu itu kan dulu SAHABATKU . tapi kenapa kamu yang mulai perMUSUHAN ini ? kalo kita MUSUHAN ya MUSUHAN ajaa goblook . gak usah KAMPUNGAN . kamu mengolok-olok aku di belakangku , dan aku gak peduli itu  -___- . selama kita MUSUHAN aku gak PERNAH sedikitpun menganggap kamu itu MUSUHKU . kamu berbicara ini aku hanya membalasnya dengan senyuman dan aku juga nggak pernah MENGHINA KAMU dibelakangmu . tapi omonganmu yang ujung-ujungnya "MENFITNAH" aku, itu membuat hatiku SAKIT cungg ! . aku nyadaaarr emang kallau aku ini salah sama KAMU . dan tiap kali aku mau berangkat ke "SEKOLAH" aku itu udah berniat buat MINTA MAAF ke kamu . tapi mendengar semua OCEHANMU kepada SAHABAT-SAHABATmu dan aku . AKU MENGURUNGKAN NIAT UNTUK MINTA MAAF SAMA KAMU . karena kamu yang MULAI PEPERANGAN INI DULUAN BOYY . DAN KAMU HARUS SADAR ITUU . *FAKK !

Senin, 06 Desember 2010

Penyakit Adikku

Waktu itu umurku baru 12 tahun. Aku mempunyai adik kecil yang umurnya baru 9 bulan. Ketika itu adikku sedang sakit panas, orang tuaku langsung mengobatinya dengan cara memberi obat yang diberikan dokter pada adikku ini. Setelah sehari, panas adikku turun. Sore harinya, aku berangkat les diantar kakak.  Ketika pulang les, panas adikku naik lagi menjadi 39 derajat. Orang tuaku langsung membawanya ke rumah sakit yang terdekat. Setelah diperiksa, adikku terkena penyakit demam berdarah.
Kemudian dokter dirumah sakit itu memberi adikku obat bius.  Dan tak lama kemudian, adikku sudah tidak sadarkan diri. Aku menangis melihat tubuh adikku yang lemas tak berdaya. Kemudian perawat berkata,"Maaf pak, peralatan disini tidak lengkap. Sebaiknya anak bapak dirujuk ke Rumah Sakit dr.Soetomo saja. Untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif". Papa pun langsung mengiyakan karena kasian melihat adikku.
Ambulan pun disiapkan, aku dan mama naik ambulan dan berdoa terus supaya adikku ini tidak meninggal di perjalan menuju rumah sakit tersebut. Setelah sampai, papa langsung menggendong adikku menuju kamar yang sudah disiapkan. Setelah diperiksa cukup lama, adikku dibawa ke IGD. Dokter yang memeriksa adikku keluar dan berkata,"Maaf pak, untuk sekarang ini kita hanya bisa berdoa demi keselamatan anak bapak. Ada kemungkinan anak ini sembuh tapi akan mengalami kebutaandan tidak dpat berjalan. Karena ada saraf dalam otaknya yang terputus". Dokterpun langsung memberi alat bantu pernafasan pada adikku yang sedang koma.
Kemudian mama masuk ke dalam IGD untuk memberi semangat adikku, namun hasilnya nihil. Ketika aku masuk IGD. Aku membisikkan adikku, dan adikku merespon apa yang aku katakan. Aku memegang jarinya dan adikku menggerakkan jarinya. A
Setelah 3 hari dirumah sakit, aku melihat kira-kira sudah 8 kali aku melihat orang yang masuk IGD dalam keadaan tidak sadar dan keluar dalam keadaan tidak bernyawa. Aku juga melihat ada anak sepantaran adikku yang keluar dalam keadaan tidak sadar.
Sekitar jam sepuluhan adikku dipindahkan ke ICU. Itu berarti adikku sudah agak  baikan walaupun masih dalam keadaan koma. Ketika aku sedang melamu. ditangga, papa menepuk pundakku dan berkata,"dek, dhenata sudah tidak ada". Aku langsung berlari menuju ICU. Dan ternyata benar, adikku sudah tidak bernyawa.
Papa dan mama menyesali kepergian adikku yang begitu cepat meninggalkan kami semua. Akupun juga menangis dan memeluk adikku erat-erat dan mencium pipinya. Para perawat langsung meletakkan dhenata di tempat tidurnya lalu menutupnya dan langsung membawanya ke kamar mayat. Dikamar mayat aku melihat ada anak kira-kira sepuluh tahunan juga meninggal karena terkena demam berdarah.
Ketika aku dan keluarga ingin pulang, papa terus menggendong adikku sampai tiba dirumah. Dirumah, adikku langsung dimandikan, disholatkan dan langsung dikubur di pemakan yang dekat dengan rumah. Teman-teman papa, mama, kakak, dan aku datang kerumah untuk memberi rasa simpati kepada keluargaku.
Aku dan mama dirumah, sedangkan papa dan kakak pergi ke pemakaman. Di pemakaman, teman kakakku yang bisa melihat hal ghaib berkata,"fram, adikmu ada disebelahmu sedang tertawa dengan riangnya". Papa dan kakak kebingungan mendengar pernyataan teman kakakku.
Aku dirumah menangis didalam kamar karena sudah tidak ada teman yang menemaniku bila kesepian, tidak ada lagi adik yang selalu menjadi alarmku, sudah tidak ada lagi yang menemaniku olahraga di pagi hari.
Papa dan mama mencoba mengikhlaskan kepergian adikku. Bila aku terus menangis, itu akan mempersulit jalan adikku menuju surga.
Mungkin ini adalah takdir yang sudah digariskan ALLAH SWT kepada keluargaku. Adikku ini milik ALLAH, bila suatu saat nanti tiba-tiba ALLAH mengambil adikku ini untuk kembali padanya. Aku dan keluargaku tidak boleh marah pada ALLAH, karena adikku ini hanyalah titipan ALLAH, dan akan kembali kepada ALLAH.

PELIT FAKK !

Orang Tua itu P E L I T. keperluan buat anak ae PELIT e setengah mati. Tapi nek buat keperluan sing gak penting ae MASA BODO mau keluar uang berapa. Aku minta uang buat BELI BUKU sing harga e gak sampek 30ribu ae gak di BOLEH i .. ngono a ORANG TUA jaman saiki ? :(

Sabtu, 04 Desember 2010

gak penting *emaaangg

tiap hari ndengerno kon cerito teroos ae nang aku, gak pegel a lambemu iku mbaak. aku sng ndengerno ae males ndengerno e . weeek !!